Perjalanan Sang Pendongeng (bermula dari iseng)

Juni 08, 2017





Berawal dari iseng asal bunyi “bisa” yang akhirnya kebablasen. Bahkan  sampai detik ini juga saya masih tidak menyangka, suara yang cempreng, suara yang dapat berubah-ubah bak bunglon ini dapat termanfaatkan dengan baik. Dan kamu tau? Profesi ini yang tidak saya sukai dari dulu “apaan sih suara kok berubah-berubah gitu, sok nyamar, gak lucu, serem”. Entahlah mungkin Allah sengaja menggiring saya agar mau belajar dari yang disukai sampai hal yang tidak disukai menjadi suka dan masuk dalam katagori “menyenangkan”, yaaa saya berharap ini tidak berlaku dalam kisah kasih hati alias percintaan. Ha-ha-ha
Ramadhan tahun kemarin teman saya menawarkan atau lebih tepatnya bertanya kepada penghuni group whatsapp yang tiap menit selalu berkicau itu “di sini adakah yang bisa dongeng?” dan saya asal bunyi saja “hmm aku bisa sih, pernah dongengin ponakan” dongeng saya kepada ponakan itu sambil membaca buku dan dia berhasil mengantuk. Entah antara cara dongeng saya yang menyenangkan bisa jadi kebalikannya atau memang dia sudah ngantuk sejak awal. Ketika saya menjawab bisa, saya pikir hanya pertanyaan iseng-iseng saja maka saya jawabnya pun setengah iseng setengah serius dan tak terpikirkan untuk diundang menjadi pendongeng pada suatu sekolah.
Jadi.. alkisah pada suatu siang ramadhan yang mencekang tenggorokan  handphone saya berbunyi “dek, hari ahad besok minta tolong isi dongeng yaa, temanya bebas ambil dari kisah-kisah dalam Al Quran” jantung pun setengah mau copot, ibarat sedang bertemu dengan dosen pembimbing skripsi yang mencari mahasiwanya yang lama tak pernah konsultasi, bertemu dan saling berhadapan tanpa disengaja... Masih pasang ekpresi cool dalam dunia percakapan whatsapp saya menjawab dengan pertanyaan “ dimana mbak lokasinya? Dan jumlah pesertanya ada berapa?”
“ di Asrama Haji, anak-anak SD kelas 5-6, jumlah peserta kurang lebih ya 60an, dek bisa kan?” membacanya semakin gemeter, yang mulanya perut laper jadi pura-pura kenyang, haus jadi.... tambah haus.
kamu tidak berhak mengatakan bahwa kamu tidak mampu, tidak bisa selagi belum mencoba. Itu adalah slogan hidup saya. Ingin hati menolak tapi kalau alasannya enggak bisa, enggak pede sepertinya itu suatu alasan yang akan membuat saya tidak keren walau memang belum keren sih. Jadi, saya pun segera menenangkan hati yang resah dengan istigfar dan mantra dari film favorit saya 3idiots all iz well 3x lalu menjawab pesannya “ insya Allah bisa mbak cuman aku enggak ahli lho mbak, bahkan enggak ada pengalaman mendongeng, tapi aku coba belajar” deal, saya akan mendongeng dan akan berlatih.
            apakah berhasil? Anak-anak tertawa dan bahagia? Jawabannya tentu... TIDAK! Bahkan kakak saya yang saat itu ikut melihat mengatakan “kamu kok nyampeinnya kaku sih” pantas saja anak-anak jadi ngantuk, hening, tak ada suara, batin saya waktu itu. Jadi ya sudahlah, cukup menjadi pengalaman saja sepertinya memang tidak berbakat.
            Ramadhan tahun ini  tiba-tiba saya mendapat pesan dari teman saya yang isinya tidak berbeda dari ramadhan tahun kemarin. Yaps, tawaran mendongeng tetapi yang satu ini ada sedikit tambahan “ bikin yang lebih menarik  ya biar anak-anak enggak ngantuk, kalau perlu ajak aja mereka dialog” saya membacanya seutuhnya terharu, ternyata kegagalan dongeng saya kemarin masih dipercaya sekaligus diberi kesempatan untuk belajar lagi maka saya pun meng-iya-kan dengan semangat. saya pun latihan mengatur suara, mengemas cerita dari Al Quran kisah Nabi Khidir dan Nabi musa dengan cerita yang terkemas sangat sederhana yang penting anak-anak paham dan bisa mengambil hikmah dari cerita tersebut, ah itu terlalu muluk-muluk bagi pemula seperti saya, tujuan utamanya adalah mereka mau mendengarkan dan memperhatikan itu sudah lebih dari cukup.
            Tak ada perjuangan yang sia-sia yang diiringi dengan doa apalagi berdoanya bulan puasa. Jatah ngisi dongeng pukul 2 siang, waktu dimana puncak lelah dan kantuk bagi yang berpuasa terlebih pada anak-anak. Hati turut resah gelisah serupa dengan kisah Cinta dan Rangga yang ditinggal selama 14 purnama pasalnya sebelum berangkat menuju sekolah tersebut saya dilanda kantuk maksimal. Yang ngisi dongeng saja ngantuk apalagi pesertanya, pikir saya waktu itu. Tetapi bismillah saya mengegas motor saya menuju sekolahnya sambil melafalkan doa-doa sebagai penatrilisir rasa kantuk yang bercampur dengan grogi. “Ya Allah lancarkanlah, lueskanlah hamba dalam bercerita, semoga adik-adik tidak kantuk seperti dulu”
            Tiba di sekolah, sebelum kaki menginjakkan pada ruangan saya terlebih dahulu pasang wajah konyol, walau tampang gak imut coba di imut-imutin... daaaaaaaan, alhamdulilah dongeng kali ini berjalan dengan lancar, kisah Nabi Musa yang ingin belajar ilmu kepada Nabi Khidir berhasil saya kemas sederhana bersama patner saya Dudung. Saya buat tokoh Dudung ini adalah bocah yang konyol sekali sehingga anak-anak setidaknya memiliki kesan tertarik pada Dudung dan mau menyimak.
            Sayang sekali pada saat itu kondisi tubuh saya sedang menjauh dari kata sehat alias terserang flu jadi tidak bisa mengatur suara dengan maksimal. Tetapi saya menikmatinya tanpa beban apakah dongeng ini akan menarik bagi mereka, lucu gak sih apa yang saya sampaikan ini, saya sama sekali tidak berpikiran seperti itu dan yang ada dalam benak saya adalah saya ingin berbagi cerita kepada anak-anak dengan gaya konyol ala Dudung,  berekpresi, berintonasi dengan lepas sampai waktu tak terasa sudah hampir habis. Adik-adik tepuk tangan sesekali tertawa, sesekali mengejek ulah Dudung. Saya bahagia bukan karena dongeng saya berhasil diperhatikan oleh anak-anak tetapi saya bahagia melihat mereka tertawa, senyum sumringah siang bolong yang mungkin ada yang sebenarnya tak tahan kantuk, yang mungkin ada yang tak tahan menahan lapar dan haus.
            jadi, daripada suara-suara bunglonmu terbuang pada yang tidak tempatnya, membuat orang akan geli lalu ilfeel mari dimanfaatkan saja dengan baik...
            Sampai akhirnya saya  merasa jatuh cinta dengan seni bercerita bernama dongeng ini... Smoga Allah tak menjauhkan dari kata lelah belajar dan berlatih.
 Dongeng termasuk langkah awal mengenalkan anak pada dunia literasi agar mereka mau dan suka membaca. 

#belajardongeng
#muda
#karyaraya
#RamadhanInspiratif
#kakUthadanDudung
#KisahDalamAlQuran

You Might Also Like

0 comments

Makasih sudah main, ambil yang baik-baik dari postingan ini, yang jelek tinggal ngopi aja..