Menghadapi Bullyan Menjadi Suatu Kekuatan

Juli 21, 2017




Saya mengucapkan selamat kepada kalian para korban bullying, selamat kepada kalian yang mungkin pernah mengalami pelecehan,  selamat kepada kalian yang pernah patah hati, selamat kepada kalian yang pernah merasa gagal tapi masih mau bertahan dan terus berjuang. Selamat karena kalian manusia luar biasa yang terpilih.
            Akhir-akhir ini sedang rame-ramenya dibahas tentang pelajar bunuh diri karena tak sanggup di bully teman-temannya. Seperti Amanda Todd yang pernah rame diperbincangkan karena videonya di yutub, sebelum ia gantung diri ia menyampaikan ketidak sanggupannya menerima bullyan dari teman-teman dan keluarganya, ia merasa tak ada yang mau mendengarkannya, ia merasa hidup sendirian.
Bahkan pagi ini saya mendengar kabar duka dari vokalis linking park mas Chester Bennington meninggal dunia karena gantung diri. Ia bermasalah dengan dirinya yang tak sanggup mengendalikan kecanduannya dengan alkohon dan narkoba. Tapi sejak kecil ia pun sudah berkeinginan untuk bunuh diri karena pelecehan oleh orang-orang dewasa. Sebelumnya terjadi kasus bunuh diri oleh musisi dunia Crish Cornell yang termasuk sahabat dekat Chester Bennington. Mereka mengalami nasib yang sama, dimana mereka melewati masa kecil yang sama-sama kelam.
Tak hanya artis dan musisi hebat, kasus bunuh diri banyak terjadi di sekitar kita. Mirisnya lagi sekarang marak terjadi pada anak-anak remaja.
Bagi orang-orang sebagian memandang bunuh diri adalah suatu tindakan yang sangat bodoh. Dan hanya orang-orang bodoh yang akan melakukannya. Saya sangat tidak setuju dengan stigma itu. Kenapa? Faktanya ada beberapa yang bunuh diri adalah seorang ilmuwan, seorang yang pendidikannya tinggi.
Mereka bunuh diri karena depresi yang tak sanggup dikendalikan. Orang mau sepinter apapun kalau sudah bermasalah dengan jiwanya, akan sangat susah membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Pikirannya sudah kalut dan buta. Yang ada ia merasa sendiri, tak ada yang peduli , merasa ia yang paling menderita.    
 Terlebih yang mempunyai background keluarga broken home.  perceraian pasti dampaknya ke anak. Mereka ada di satu fase mengalami perubahan hidup yang begitu drastis. Pasangan suami istri yang memutuskan bercerai secara tidak sadar kondisi psikisnya sedang bergejolak dan itu akan mempengaruhi interaksi dan pola asuhnya pada anak.

Ada yang sampai anaknya dititipkan ke neneknya. Belum sampai disitu. Mereka kadang masih mendapat bullyan dari teman-temannya di sekolah, melihat perubaan perilakunya menjadi aneh tidak seperti biasa sejak orangtuanya bercerai. Teman-teman yang sedang bahagia-bahagianya bersama orangtua, mereka si anak broken home harus gigit jari.

Konflik keluarga adalah suatu hal yang sangat menyakitkan bagi anak. Bukan terjadi pada orangtua yang bercerai tapi orangtua yang sering cekcok di rumah pun mempengaruhi kesehatan mental sang anak.
Wajar jika akhirnya anak mencari pelarian. Ngedrugs, minum alkohol. Keduanya memang memberikan sensasi relaks, katanya sih. Intinya Ia akan mencari pelarian yang bisa membuatnya lupa dengan masalah di rumah. Dan yaah masalah apapun yang menganggu pikirannya.
Banyak kita temukan orang-orang sukses karirnya, baik itu di bidang akademis maupun dunia seni yang akhirnya memutuskan bunuh diri, mungkin saja semua yang diraih, yang dianggap prestasi bagi orang-orang itu ternyata hanya pelarian semata.
Bunuh diri adalah tentang pilihan hidup. Bunuh diri terjadi saat ia tidak bisa mengendalikan diri ketika sedang bergelut dengan pikiran-pikirannya. Dihantui masa lalu yang kelam, ditambah dengan permasalahan-permasalahan yang baru, lengkap sudah. Meskipun sebanyak apapun yang bantu support tapi kalau enggak ada usaha dari dirinya sendiri yaa enggak akan mempan. Maka hanya keputusasaan sehingga mati menjadi solusi. So sad but true.  
Padahal kalau kita percaya pada hari akhir, mati itu lebih sakit daripada persoalan hidup yang kita hadapi di dunia. Ketika kita mati maka kita akan dimintai pertanggung jawaban di dunia.
Saya masih suka miris , marah dan enggak terima ketika tahu ada berita bunuh diri gara-gara enggak sanggup bayar SPP, bunuh diri gara-gara patah hati, bunuh diri gara-gara sudah 5 tahun pengangguran dengan ijazah master, bunuh diri gara-gara di bully.  Saya enggak terima, harusnya mereka semua bisa memilih bertahan dan bangkit dengan keadaan itu. Justeru momen-moment itulah yang bisa mereka manfaatkan untuk bangkit dan menunjukkan kepada dunia bahwa para pembully itu suatu saat akan tertunduk menyesal. Banyak sekali kisah tokoh-tokoh hebat yang berangkat dari bullyan, berangkat dari penderitaan.
Pagi tadi saya terlibat percakapan agak serius dengan suami by whatsapp, meskipun pertanyaan yang saya lontarkan terlihat polos tapi serius bagi saya itu penting.
“Yank emang orang yang matinya bunuh diri itu Allah gak akan maafin ta? Aku sedih banget nih tiap kali denger berita bunuh diri apalagi orang itu yang menurut pandanganku keren.”
“Iya, enggak di maafin.” Balasnya singkat jelas tapi cukup jleb.
“Emangnya Allah enggak kasian ta? Kan matinya karena dia sanggup sama beban hidupnya. Katanya Allah maha pemaaf”
“Kalau dia enggak sanggup kenapa enggak minta pertolongan sama Allah?!”
“Yee tapi kan kadang pertolongan Allah itu enggak langsug dateng yank, malah kadang pake diuji dulu. Kita sebagai manusia yang lagi diambang kesusahan dan keputusasaan kan merasa geram.”
“Nah ya itu untuk menilai kualitas keyakinan kita sama Allah, kalau lulus bahkan semua tindak tandukmu adalah Allah yang tuntun. Derajatnya akan dinaikkan Allah. Kalau kita pikir para sahabat Rosulullah dan para wali ujiannya lebih besar lho, enggak cuman bullyan lebih parah dari itu bahkan diasingkan, dianggap manusia aneh, diancam dibunuh malahan. Tapi mereka tetap bertahan karena yakin dalam setiap langkahnya ada Allah, karena yakin mereka punya Allah. Coba kalau mereka yang bunuh diri itu paham dan menyadari diri untuk apa ia dilahirkan di bumi. Coba kalau percaya bahwa Allah senantiasa mengawasi dan menjaga kita.”
“Tapi kan kondisi psikis mereka lagi enggak sehat yank”
“Hanya dengan mengingat Allah maka tenang dan tentramlah jiwa kita. Allah kan sudah menjanjikan itu, sayang.”
“Iya sih, tapi kalau semua sadar kalau semua itu kembali pada intensitas hubungan kita sama Allah, psikolog sama psikiater sepi yankJ

Well, pada intinya memang masalah pilihan hidup, mau bertahan dan melanjutkan perjuangan sambil berbenah diri atau menyerah mengakhiri hidup yang mereka yakini mati itu akan menyelesaikan masalah.  
Walau sekali lagi kita musti sadar bahwa pada dasarnya kita dilahirkan di bumi ini sudah menjadi suatu masalah. Setiap manusia pasti pernah disakiti, dikhinati, dibully, merasa kecewa, pernah gagal berkali-kali dalam meraih sesuatu. Itu adalah hal yang wajar. Semua manusia pernah merasakan itu, yang membedakan hanyalah kadarnya.
Selalu ingat tips hidup ini di dalam Al Quran bahwa Allah tidak akan memberikan ujian melebihi batas kemampuan hambaNya. Kalaulah di tengah jalan kita merasa ujiannya berat banget, enggak wajar. Berarti kita perlu bersyukur bahwa kita adalah manusia pilihan. Anggap saja itu adalah trainning dari Allah untuk menghebatkan hambaNya. Untuk menjadi mutiara yang terpajang mahal di etalase toko prosesnya panjang dan susah.  
You are not alone, guys... rasa sakit dan kecewa itu nikmatnya luar biasa.
Kalau ada temen-temen suka bully kamu, terima aja. Berbahagialah wahai kalian yang berwajah bully able J . Because bullying is vitamin, guys. Move On! 

#stopbullying
#kasiksupport
#yournotalone
#bullyingisvitamin


You Might Also Like

0 comments

Makasih sudah main, ambil yang baik-baik dari postingan ini, yang jelek tinggal ngopi aja..