Menebus Inspirasi dengan Secangkir Kopi
Desember 27, 2017
![]() |
Ketika
inspirasi menjadi momok bagi penulis yang honornya mirip kisah cinta anak jaman
sekarang, PHP. Kadang ada kadang enggak. Ada pun itu kami berasa seperti
pengemis yang harus minta-minta dengan wajah melas maksimal. Pernah suatu kali aku
berpikir, apakah inspirasi harus ditebus
dengan rupiah yang nyaris menguruskan saldo rekening? Ketika orang
berbondong-bondong pergi ke suatu tempat yang konon akan menjadi gudangnya
inspirasi. Coffe shop. Yaa, aku pernah
ditraktir teman ngopi di coffe shop, waktu itu adalah pengalaman pertamaku menginjakkan kaki di coffe shop. Aku
melihat daftar menunya dan bolak balik
menelan ludah. Harganya bisa buat makan sehari tiga kali. Wow…
Tapi
entah mungkin ini sugesti, apa yang dikatakan temanku bahwa coffe shop ini adalah gudangnya
inspirasi itu benar. Aku mampu
mengerjakan dan menyelesaikan naskah dalam waktu hitungan jam. Ide itu mengalir
begitu saja. menyenangkan sekali ngopi di coffe shop, sebanding dengan harga
secangkir kopinya.
![]() |
suasana coffe shop waktu itu... |
Namun
lama-lama aku berpikir dengan kondisi
keuanganku yang serba pas-pasan,
rasanya konyol jika harus memaksakan diri mencari inspirasi di coffe shop,
waktu itu aku mahasiswa semester akhir yang
belum berpenghasilan stabil. Aku menulis
selain karena hobi juga berharap akan dapat uang jajan tambahan. Memang kadang
honornya ada yang lumayan bisa buat beli kopi serenteng, tapi juga ada yang
kebangetan enggak ngasik. Tapi sebagai penulis pemula seperti aku hal-hal seperti ini tidak menjadi masalah
utama. Ada kebahagiaan tersendiri ketika naskah dimuat di media cetak, apalagi jika pembaca
senang dan merasakan manfaatnya setelah membaca karyaku . Bahagianya enggak
ketulungan meskipun enggak dibayar, sekali lagi ini berlaku bagi penulis
semula.
Aku memang doyan banget ngopi sejak kecil. Kata
Ibuk, kopi dapat mencegah step. Awalnya hanya dikasik sesendok, dua sendok. Eeh,
lama-lama ketagihan sampai sekarang. Meskipun banyak yang protes ketika melihat
seorang perempuan kok doyan ngopi. Kopinya bukan main-main, hitam kental dan
tanpa gula pula...
Aku memiliki cara tersendiri untuk menikmati secangkir
kopi yaitu waktu pagi. Sebelum memulai aktivitas aku harus minum kopi dulu karena kalau tidak
kepalaku akan pusing, badan jadi lemes dan aish pokoknya enggak bertenaga deh… kata teman-teman ini namanya sudah kecanduan kopi.
Sudah
banyak orang yang menegurku untuk tidak minum kopi dengan berbagai macam
alasan. slaah satunya, pamali perempuan minum kopi nanti susah punya anak. Aku hanya
menanggapinya dengan senyuman. Aku meyakini bahwa kopi yang aku minum ini tidak
membahayakan bagi tubuhku apalagi aku sangat selektif dalam memilih kopi. Punya atau tidaknya anak itu persoalan rejeki dari
Tuhan. Bukan kopi yang selalu menjadi kambing hitam.
Jaman
sekarang ini banyak sekali coffe shop bertebaran dimana-mana, dari yang
harganya standart tujuh belas ribuan sampai yang seratusan. Mereka menawarkan
tempat yang nyaman untuk menikmati secangkir kopi bersama dengan teman-teman,
keluarga, kolega atau sendirian menyelesaikan pekerjaan atau sekadar bersantai ria menikmati kesendirian.
Tapi
aku pribadi lebih suka dan nyaman ngopi di rumah sih… selain filososinya rumah
adalah sebaik-baik tempat berteduh dan kembali, ngopi di rumah juga lebih
ekonomis alias hemat. Cuman sejak aku merantau, aku ganti konsep ngopi di rumah
jadi ngopi di kost. He-he-he. Kan rasanya sayang banget tuh udah bayar kos-kosan
tapi cuman dibuat tidur sama numpang alamat paketan online shop.
Aku
selalu cari tempat kos yang nyaman, bersih dan yang paling penting ada dapurnya biar enggak kesulitan kalau nyeduh kopi.
Kopi
yang aku minum masih sama dengan kopi yang aku minum waktu kecil. Aku enggak
pernah bercanda soal kopi. Dari mulai aroma, rasa dan teksturnya aku suka kapal
api yang jelas lebih enak. Mulai dari aromanya sudah memunculkan
kemewahan yang serius. Dan ketika disruput….slruuuuup niscaya penyakitnya
penulis bernama buntu ide itu akan pergi sejauh-jauhnya. Ide akan mengucur deras
menggores berlembar-lembar kertas yang menjadikannya suatu karya yang
inspiratif.
![]() |
Saat sedang menyeduh Kopi Kapal Api tanpa gula. |
Harganya
pun sangat terjangkau hanya lima ribu rupiah. Karena aku suka minum kopi hitam
tanpa gula maka aku pilih kopi kapal api spesial.
Oh iyaa, aku punya teman yang saat ini
sudah menjadi teman hidupku, ia pecinta kopi, kami memiliki selera yang sama
namun beda kemasannya. Dia suka kopi kapal api special mix yang sudah ada
gulanya.
Dimana pun ia pergi selalu tersedia kopi kapal api spesial
mix di dalam tasnya…
Aku dan
dia sudah seperti kopi kapal api yang tak pernah
pura-pura menjadi manis. Karena kopi kapal api ini enaknya pasti, enggak PHP.
Kopi dan inspirasi memang sulit untuk dipisahkan, ibarat tubuh kopi dan inspirasi telah menyatu. Bagi penulis kopi masuk ke dalam daftar list modal untuk menciptakan suatu karya.
Jadi
menurutku untuk bisa menebus inspirasi enggak perlu dan enggak
harus ngoyo maksain diri buat terus-terusan ke coffe shop yang secara tidak
langsung menguras dompet kita.. cukup beli kopi kapal api di toko-toko
terdekat. Seduh dan nikmati segelas kopi yang setiap cecapannya bakal bikin idemu mengalir
menginspirasi untuk negeri…
Tabik buat kopi kapal api!
#kopi
#KapalApi
#JelasLebihEnak
#KapalApiPunyaCerita
9 comments
Ah,saya juga suka minum kopi: Kapal Api Jelas Lebih Enak
BalasHapusEnak
BalasHapusNjirr mau dong :))) Laptopnyaaa.. Eh kopinyaa
BalasHapusUthaaa.. aku kangen.. mau dong dibuatin kopi kapal api...
BalasHapuswah..sama akyak aku dong kak, lebih suka ngopi di rumah.. bener banget lebih leluasa dan hemat pastinya, apalagi ngopinya kopi kapal api, rasanya gak kalah sama kopi yang ada di kafe-kafe, jelas lebih enak ^^
BalasHapusaku nggak terlalu sering sih minum kopi. tapi pernah beberapa kali ke cafe yang jual kopi. harganya memang bikin geleng-geleng kepala. mending beli kopi kapal api. hehe
BalasHapusi feel you kak, kopi juga jadi temen nulisku. kayanya setiap menghirup aroma kopi, inspirasi mudah dateng terus mood nulis juga jadi mendadak naik.
BalasHapusAku punya tonggo, satu selera denganku yang suka kopi hitam tanpa gula. Bahkan mungkin saking sukanya, kopi kapal api itu lebih sering diemutnya daripada diseduh.
BalasHapusShopping on-line is sex toy store often finest option|the finest choice|the most suitable choice} should you're a teen who needs greater than just a basic dildo or vibrator. This allows you to purchase any of the items you'd discover in a intercourse shop despite your age. However, find a way to|you possibly can}'t shop on-line without a a|with no} debit card, bank card, or gift card. Fortunately, anyone should buy a prepaid debit or gift card to make use of for on-line buying. Make certain your intercourse toy has a flared end should you're inserting it. This is often essential for dildos or vibrators that you want to insert into your physique.
BalasHapusMakasih sudah main, ambil yang baik-baik dari postingan ini, yang jelek tinggal ngopi aja..