Work From Home di Mata Kita
Mei 04, 2020
Ramadan paling berbeda. Tak ada tarawih berjamaah di masjid, tak ada kemeriahan
berburu takjil dari masjid ke masjid serta keseruan berburu takjil di jalan. Tak
ada juga kemeriahan buka bersama dengan keluarga, saudara maupun kerabat. Padahal buka bersama
saat bulan puasa adalah sebuah agenda yang memperarat tali silaturahmi dan juga
sebagai ajang reuni. Ramadan tahun ini
sepi dan gelisah selalu menyelimuti hati.
Kita selalu dihantui pertanyaan “sampai kapan sih ini?!!”
Meskipun teknologi semakin canggih, menawarkan
berbagai macam aplikasi yang membuat kita bisa berbincang bertatap muka secara
online, tapi tetap saja tidak ada yang bisa mengalahkan rasanya bertemu secara
langsung, berjabat tangan dan bahkan berpelukan.
Hari ini, batuk dan bersin menjadi momok yang
menyeramkan, was-was tak karuan “Ada apa ini? Kenapa aku bersin? Kenapa badanku
meriang? Jangan-jangan aku kena corona!”
Virus ini membuat kita jauh lebih peduli kepada Kesehatan.
Yang dulunya mungkin acuh, sekarang flu sedikit sudah bingung enggak karuan. Penjualan
vitamin, minuman imun booster dan hand sanitizer melambung tinggi. Ya, virus corona membuat kita jadi lebih
peduli, perhatian kepada Kesehatan dan kebersihan.
Bagaimana kabar kalian selama puasa #dirumahaja? Menyenangkan?
Bagi kaum kelas menengah anjuran #dirumahaja #workfromhome
begitu menyenangkan, apalagi yang tinggal di Jakarta yang selama ini sulit
berdamai dengan jarak dan waktu hingga sulit mendapat momen me time Bersama keluarga. Work from home adalah kesempatan untuk dekat dengan istri dan anak-anak di
rumah. Masih mendapat gaji bulanan, bisa memasak apa saja, pesan makanan online
apapun yang dapat menghangatkan kebersamaan. Meski kaum kelas menengah ini
sebagian masih diliputi kecemasan, ada rasa takut jika sewaktu-waktu perusahaan
colaps, meskipun mereka masih ada tabungan untuk bisa bertahan hidup beberapa
bulan kedepan. Setidaknya masih aman.
Work from home anjuran di rumah aja bagi orang kaya adalah sebuah kesempatan untuk dekat dengan keluarga. Tinggal di rumah mewah dengan fasilitas yang lengkap. Aktivitas mereka sangat menyenangkan, berkebun, barbeque-an bersama keluarga
dengan pemandangan kolam renang, makan-makanan melimpah, mereka bisa
menjalankan work from home dengan suka cita sambil menikmati pemandangan di
gazebo rumahnya. Mencari-carikesibukan dengan menjalankan hobi yang tertunda seperti : merajut, memasak, dan menulis misalkan.
Ah yaa, mereka masih bisa menjalankan hobinya dengan suka cita di rumah. Tabungannya
masih cukup untuk bertahan hingga beberapa tahun jika krisis itu memang
benar-benar akan terjadi.tak ada kecemasan. Ya hanya rasa bosan, rindu jalan-jalan.
Lalu apa kabar kaum kelas menengah bawah? Tidak semua
orang bisa menerapkan anjuran kerja dari rumah. Banyak diantara kita yang memang tidak bisa bekerja dari rumah. Kita tidak bisa menyalahkan. Urusan perut selalu menjadi alasan utama. Boro-boro video vall atau meeting
online. Masih bisa makan sehari tiga kali sudah alhamdulilah, daripada beli
paketan internet lebih baik uangnya buat makan.
#dirumahaja bagi kaum menengah bawah amat menyebalkan,
rumah yang amat sempit dan pengap. Belum lagi kalau hujan datang, atapnya bocor.
Hari ini banyak berita sedih, bertambahnya kasus corona,
mendengar berita ratusan pegawai di PHK, beberapa usaha bangkrut dan gulung
tikar.
Jika hari ini yang kamu rasakan adalah rasa bosan dan
ingin pergi-pergi maka kecemasanmu tergolong mewah.
Jika hari ini kita masih bisa makan tiga kali sehari, perut kenyang, diberi kesehatan, masih punya simpanan uang untuk mencukupi kebutuhan di hari esok bahkan beberapa bulan kedepan maka di saat seperti ini kita tergolong orang kaya dan hidup sejahtera.
Bagi kaum bawah, kecemasannya saat ini adalah apa yang
bisa dimakan hari ini? Tak ada pekerjaan, tak ada uang. Tidak semua orang mempunyai insting jualan
yang tinggi. Ada yang masih bisa bertahan dengan menjual apapun (palugada), banyak yang bingung mau melakukan apa, cari pekerjaan di masa pandemi begini sangat sulit (enggak ada pandemi aja udah sulit), kesulitan mencari peluang hingga akhirnya pasrah menunggu bantuan datang yang tak pasti.
Lalu apa yang bisa kita lakukan? Kita bisa mulai dari lingkungan terdekat kita.
Pastikan bahwa tetangga kanan kirimu tidak kelaparan,
sempatkan menanyakan kabar teman dan kerabatmu, pastikan mereka semua sehat dan
baik-baik saja. Doakan mereka yang terkena dampak di PHK agar selalu dilindungi
Tuhan, agar perutnya selalu kenyang. Sebab perut lapar adalah sumber masalah. Semoga
semua akan baik-baik saja…
#inspirasiramadan #dirumahaja #flpsurabaya #BERSEMADI_HARIKE-4
0 comments
Makasih sudah main, ambil yang baik-baik dari postingan ini, yang jelek tinggal ngopi aja..